Minggu, 10 April 2011

Peringatan Hari Autisme Sedunia--Beri Dukungan Pada Anak Berkbutuhan Khusus


Bertepatan dengan peringatan Hari Autisme Sedunia yang jatuh pada tanggal 02 April semua lapisan masyarakat mengadakan program Walk For Autism Indonesia. Yang mengajak semua masyarakat dan keluarga yang memiliki anak-anak berkebutuhan khusus untuk jalan santai. Di Bali perhelatan jalan santai yang digelar Sabtu (2/4) melibatkan seluruh PSG (Parents Support Group) Bali dan didukung oleh Pemkot Denpasar. Sejak pagi puluhan orang tua dan anak-anak juga bersama putra putri berkebutuhan khusus telah memadati wantilan DPRD dan siap memutari lapangan Bajra Sandhi Renon.
Tak ada yang berbeda dari peserta yang mengikuti kegiatan jalan santai ini semua berhasilmelewati satu putaran penuh. Menurut Lili Feriani Sutamaja, Ketua PSG Bali, semua anak berkebutuhan khusus (ABK) juga bisa melakukan apa yang anak normal lakukan. Hanya saja mereka membutuhkan perhatian khusus, kepedulian dan dukungan baik dari keluarga maupun masyarakat disekitarnya. Anak berkebutuhan khusus, lanjutnya, memiliki talenta yang terkadang melebihi anak-anak normal lainnya. Seperti pada acara Memeriahkan Hari Autisme Sedunia juga dilaksanakan Family Gathering oleh keluarga yang tergabung dalam PSG Bali. “Banyak penampilan dari anak-anak special needs yang bisa mereka lakukan seperti anak normal lain. Dari permainan clarinet, dance, tari khas daerah Aceh, lomba melukis, lomba membingkai foto keluarga hingga lomba lari sarung,”ungkap ibu yang juga memiliki anak berkebutuhan khusus ini bangga.
Anak-anak istimewa yang dikaruniakan untuk orang tua istimewa harusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah juga. Salah satunya adalah pendidikan karena bagaimanapun mereka adalah anak bangsa yang juga berhak mendapatkan pendidikan seperti anak normal lainnya. Namun hingga kini tak banyak sekolah umum yang mau menerima apalagi untuk sekolah khusus anak autis masih bisa dihitung dengan jari. Untuk itu, lanjut Lili, bersama PSG ingin menggandeng orang tua dengan ABK untuk berbagi, saling menguatkan dan mencarikan jalan yang terbaik agar anak-anak menjadi lebih baik, mandiri dan berprestasi. Telah lebih 90 anggota PSG yang tersebar diseluruh Bali dan banyak kegiatan yang telah dilakukan. “Kami juga membantu orang tua yang membutuhkan rekomendasi dokter spesialis untuk menangani putra putri mereka. Sehingga orang tua tak lagi patah harapan bahwa ABK tak bisa menjadi normal,”tegasnya.
Dalam kesempatan Family Gathering ada yang menarik selain penampilan kreasi ABK yaitu testimony dari Rendi (13). Cowok yang kini sekolah di SMP N 3 Denpasar ini berbagi pengalaman kala menjalani perawatan, terapi dan kehidupan sosial saat masih autis hingga sembuh. Perjuangan panjang orang tua Rendi sejak ketahuan umur empat tahun belum bisa bicara, tak ada kontak mata, tak mau bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya dan suka tantrum (melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya seperti membenturkan kepala,namun diluar kendali tubuhnya). Melalui terapi, diet ketat makanan dan menyelesaikan sekolahnya di Al-Azhar dari TK hingga kelas satu kemudian melanjutkan kelas dua di Raj Yamuna Shcool hingga lulus sekolah dasar. “Sekarang saya sembuh dan bisa berada di depan sahabat-sahabat semua dan orang tua dengan ABK untuk memberitahukan bahwa autis bisa disembuhkan. Memang perlu waktu lama dan kesabaran. Saya sangat berterima kasih dan bangga dengan orang tua saya,”tutur Rendi ceria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar