Kamis, 05 Agustus 2010

Kurangnya Peran Pria dalam Melakukan KB

Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan. Dengan mengikuti program KB pertumbuhan penduduk dapat ditekan dan dikendalikan, pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga mampu mewujudkan keluarga kecil dan sejahtera. Maka tidak salah bila KB diposisikan sebagai bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi.


Untuk mendukung program ini, diharapkan semua pihak bekerjasama. Baik dari pemerintah, dalam hal ini instansi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) maupun masyarakat itu sendiri. Selama ini, program KB tidak berjalan dengan mulus karena hanya satu pihak saja yang mau menjadi akseptor KB yaitu pihak ibu. Kurangnya peran ayah untuk melakukan KB membuat ketidaksetaraan gender sehingga sangat berpengaruh pada keberhasilan program. Sebagian besar masyarakat dan penentu kebijakan masih menganggap bahwa penggunaan kontrasepsi adalah urusan perempuan. Banyak faktor juga yang mendukung, adanya anggapan banyak anak banyak rejeki, mahalnya ber-KB dan betapa repotnya bolak balik ke puskesmas atau bidan hanya untuk ber-KB.

Meskipun telah tersedia alat kontrasepsi bagi pria baik kondom maupun teknik vasektomi, namun kesadaran pria untuk menggunakannya sangat rendah. Sasaran peserta program vasektomi ini adalah keluarga yang minimal telah mempunyai dua anak, anak pertama minimal sudah SMA dan keluarga yang sudah tidak ingin lagi punya anak. Menurut Dra. I Gusti Ayu Sri Astuti, M.M.S, Kepala BKKBN Bali, kurangnya kesadaran pria untuk melakukan vasektomi juga didukung dengan rendahnya pengetahuan para pria ini tentang vasektomi. Anggapannya vasektomi menyakitkan dan membutuhkan banyak biaya. Padahal sebetulnya proses vasektomi hanya memakan waktu 15 menit dan tidak ada rasa sakit, setelah operasi pasien dapat beraktifitas seperti semula.”Bahkan untuk mendukung program ini, kami dari pihak pemerintah sudah melaksanakan pelayanan vasektomi keliling ke kabupaten-kabupaten seluruh Bali untuk menyasar keluarga tidak mampu. Diturunkan juga dokter spesialis yang menangani operasi vasektomi dari RSUP Sanglah dan askseptor tidak dipungut biaya sepeserpun. Masih juga mereka tidak mau,” urai Astuti.

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik vasektomi ini. Suami ikut meringankan beban istri yang harus bolak balik ke bidan untuk KB, faktor efek samping rendah, biaya lebih murah disbanding alat KB lain, kemungkinan hamil kecil dan pasca operasi ada pelayanan khusus untuk menampung keluhan. Selain melalui pelayanan dengan mobil keliling, masyarakat juga bisa melakukan vasektomi ini di puskesmas-puskesmas maupun rumah sakit. I Nyoman Sumiartha, Humas BKKBN Bali menambahkan,”Meskipun sudah dilakukan penyuluhan dengan berbagai metode, baik bekerjasama dengan PHDI, instansi-instansi desa adat maupun lewat media tetapi tidak banyak bapak-bapak yang merespon. Hal ini dapat dilihat dari target BKKBN untuk program vasektomi hingga September 2007 sebanyak 1100 akseptor yang tercapai hanya 877 akseptor. Dari sekian banyak akseptor, yang masih menjadi peserta aktif hanya 1,85%.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar