Minggu, 13 Februari 2011

Bengkel Kreatif Daur Ulang Sampah

Penumpukan sampah menjadi tanggung jawab bersama karena munculnya sampah adalah sebab dari budaya konsumtif manusia. Tak hanya sampah organik yang dihasilkan baik skala rumah tangga hingga skala besar yang melibatkan perusahaan, hotel dan restaurant. Sampah non organik yang tak dapat terurai bahkan hingga ratusan tahun menjadi kambing hitam dari munculnya perubahan iklim yang terjadi di dunia ini. Sudah banyak kalangan baik perseorangan maupun kelompok mengubah sampah organk yang mudah terurai oleh bakteri pathogen dalam tanah didaur ulang menjadi pupuk kompos. Tapi masih sedikit pihak yang peduli pada pengolahan sampah non organic dan mengubahnya menjadi barang yang lebih berguna.
Proses pengolahan sampah non organic seperti kaca, plastik, besi, tembaga, kaleng, kardus, kertas hingga tekstil menjadi barang lebih bermanfaat disebut daur ulang. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Kepedulan Made Bagiada pada tumpukan sampah di bank sampahnya ngn mengubah sampah tak berguna menjadi barang yang mempunyai harga. Sejak Nopember 2010 dbangunnya bengkel kreatif yang menggunakan sampah non organic sebagai bahan dasar.
Ide awal pembangunan bengkel sampah ini terbersit dari Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra saat meresmikan bank sampah milik Bagiada. Bermodal awal 10 juta diubahnya halaman samping rumah Bagiada menjadi bengkel sampah dan memfaslitasi remaja untuk berkreasi dengan sampah. Persiapan bahan dasar, yaitu sampah non organik hingga semua alat-alat yang diperlukan dlakukannya dengan pemikran matang. Menjadikan bengkel sampah tempat mencurahkan ide-ide kreatif remaja dari sekolah menengah, anak kampus bahkan karyawan yang ingin berkreasi. Tak ada batasan dalam pembuatan barang daur ulang sampah karena ide kreatf itu menurut Bagiada bisa muncul sewaktu-waktu. Barang kerajinan yang dihasilkan bengkel sampah milik Bagada seperti kap lampu, frame foto, tempat kaset hingga minatur sepeda dan sepeda motor.
Sejak berdri hingga sekarang bengkel sampah ini sudah beberpa kali mengikuti pameran, dari Festival Serangan hingga Denpasar Festival yang berlangsung belum lama ini. Banyak kreasi yang dihasilkan sepuluh tenaga kreatif yang menyumbangkan ide pembuatan barang daur ulang ini. Dan, ungkap Bagiada, hampir semua barang kreasi dari bengkel sampah habis terjual. Jka tdak ada pameran, barang daur ulang kreas dari sampah itu dibiarkan menumpuk di bengkel sampah. Karena Bagada belum mempunyai gerai sendiri untuk memajang hasil kreasi bengkel sampah di tempat lain. Meski begtu, ada juga yang mencari barang daur ulang langsung ke bengkel sampah dan tetap dilayani. “Senang melihat remaja punya kesibukan yang positif dan menghasilkan uang dari keringat mereka sendiri,”ungkap Bagiada bangga.
Membuatkan tempat untuk anak-anak berkumpul dan menikmati waktu mereka sebagai remaja merupakan tujuan awal Bagiada membuat bengkel sampah ini. Lebih baik, lanjutnya, mengumpulkan mereka jadi satu tempat dan menjembatani ide mereka untuk berkereasi. Hal itu terlihat dari fasilitas free Wi-Fi, yaitu layanan internet tanpa kabel gratis di setiap sudut rumah Bagiada. Keuntungan yang diperoleh anak-anak dari hasil kreasi daur ulang sampah tak dinikmat sendri oleh Bagiada. Malah diberikan semua kepada mereka sebagai hasil jerih payah, meskipun tak seberapa tap sebagai wujud menghargai mereka. “Saya hanya menekankan dan mengajarkan kepada anak-anak untuk berkreasi mengolah sampah tak berguna menjadi barang bernilai dan berguna bagi masyarakat. Sehingga mereka semakin peduli lingkungan dan belajar berbisnis,”pungkas Bagiada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar