Minggu, 13 Februari 2011

Teh Hitam, Pekatnya Meluruhkan

Siapa tak kenal minuman teh??? Sebagian besar masyarakat, terlebih di Indonesia terbiasa mengkonsumsi teh baik dalam bentuk irisan daun teh yang dikeringkan maupun dalam kondisi serbuk yang tinggal dicelupkan. Kebiasaan masyarakat minum teh dalam kondisi apapun membuat banyak produsen berlomba-lomba membuat minuman siap saji berbahan baku teh. Jika ditilik dari segi kesehatan, teh siap saji dengan menggunakan pemanis buatan dan serbuk aroma teh bukan dikonsumsi untuk menyehatkan. Hanya sebagai pelepas dahaga dan itu memberatkan kerja ginjal untuk menyaring residu yang terkandung didalamnya.
Berbeda dengan masyarakat yang mengkonsumsi teh sebagai minuman kesehatan, benar-benar mencari kualitas teh terbaik. Tak banyak masyarakat mengenal teh hitam, teh hitam lebih teroksidasi daripada ragam teh hijau, oolong dan putih; keempat varietas itu terbuat dari daun Camellia sinensis. Teh hitam umumnya lebih berasa seleranya dan lebih banyak mengandung kafein daripada teh yang tak teroksidasi. Zat aktif yang disebut Catechinlah yang menjadi jagoannya. Dari sekian ratus kandungan kimia di dalam teh, zat aktif satu inilah yang paling hebat. Antioksidan catechin dalam proses pembuatan teh hitam, akan dirubah menjadi Theaflavin sehingga penikmat teh dapat merasakan perbedaan kesegaran rasa dan warna yang mencolok yakni kemerahan. Sebagai informasi, antioksidan dikatakan bermanfaat dalam mencegah penyakit jantung dan stroke serta penyakit degeneratif lain karena mampu menghambat oksidasi kolesterol jahat
Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ali Khomsan MS mengemukakan, teh hitam (black tea) juga berkhasiat sama seperti teh hijau karena kandungan radikal bebas yang terkandung di dalamnya. "Memang benar teh hitam mempunyai manfaat seperti menurunkan risiko kanker, mencegah jantung koroner, mencegah penuaan, dan juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah," kata Prof Dr Ali Khomsan. Sedangkan menurut salah seorang pakar kesehatan jantung dari Kota Hujan Bogor, Dr H Mohammad Taufik SpJ mendukung pendapat Prof Dr Ali Khomsan yang menyebutkan teh hitam bermanfaat untuk mengurangi penyakit jantung koroner, kanker, diabetes dan stroke. Sayangnya, menurut Taufik, manfaat yang terkandung dalam meminum teh hitam belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi maupun publikasi dari berbagai penelitian tentang manfaat black tea bagi kesehatan.
Banyaknya kelebihan mengkonsumsi teh hitam, membuat Abbas, pengembang teh hitam, terpacu untuk memperkenalkan secara luas keunggulan teh hitam. Melalui penelitian panjang dan birokrasi berbelit lebih dari empat tahun, akhirnya produksi teh hitam Mind Tea mulai diakui dan mengantongi ijin BPOM. Bahkan, kini sudah bekerjasama dengan yayasan Jantung Sehat Indonesia untuk memasarkan dan menyebarkan informasi tentag teh hitam Mind Tea. Menurut Abbas, Indonesia sendiri saat ini tercatat sebagai produsen teh terbanyak nomor lima di dunia. Namun teh hitam Indonesia berdasarkan penelitian, mengandung theaflavin yang lebih tinggi dibandingkan Jepang maupun China. Dengan demikian, jika kita meminum teh hitam asli Indonesia, kecenderungan mencegah penyakit jantung koroner seperti yang disebutkan di atas makin tinggi. Sayangnya hal ini belum banyak diketahui oleh bangsa Indonesia sendiri.
Keunggulan Mind Tea, lanjutnya ampas teh setelah diseduh dapat digunakan sebagai masker wajah. Karena menyeduh teh hitam Mind Tea cukup sekali dan hanya menggunakan air panas bersuhu 80 derajat, bukan mendidih sehingga kandungan antioxidannya masih terkandung diampasnya. Fungsi sebagai minuman kesehatan, membuat Mind Tea hanya boleh diseduh sekali dan ditunggu dalam waktu 15 menit kemudian lngsung diminum tanpa tersisa. Budidaya teh hitam dilakukan secara organic dari pemilihan bibit hingga perawatan dan pengolahan menjadi teh siap konsumsi, membuat harga teh hitam lebih mahal dari teh kemasan siap pakai yang lain. “Hal ini tak menjadi hambatan untuk masyarakat yang ingin kembali sehat. Pekatnya teh hitam mampu meluruhkan racun dalam tubuh,”pungkasnya.

Bengkel Kreatif Daur Ulang Sampah

Penumpukan sampah menjadi tanggung jawab bersama karena munculnya sampah adalah sebab dari budaya konsumtif manusia. Tak hanya sampah organik yang dihasilkan baik skala rumah tangga hingga skala besar yang melibatkan perusahaan, hotel dan restaurant. Sampah non organik yang tak dapat terurai bahkan hingga ratusan tahun menjadi kambing hitam dari munculnya perubahan iklim yang terjadi di dunia ini. Sudah banyak kalangan baik perseorangan maupun kelompok mengubah sampah organk yang mudah terurai oleh bakteri pathogen dalam tanah didaur ulang menjadi pupuk kompos. Tapi masih sedikit pihak yang peduli pada pengolahan sampah non organic dan mengubahnya menjadi barang yang lebih berguna.
Proses pengolahan sampah non organic seperti kaca, plastik, besi, tembaga, kaleng, kardus, kertas hingga tekstil menjadi barang lebih bermanfaat disebut daur ulang. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Kepedulan Made Bagiada pada tumpukan sampah di bank sampahnya ngn mengubah sampah tak berguna menjadi barang yang mempunyai harga. Sejak Nopember 2010 dbangunnya bengkel kreatif yang menggunakan sampah non organic sebagai bahan dasar.
Ide awal pembangunan bengkel sampah ini terbersit dari Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra saat meresmikan bank sampah milik Bagiada. Bermodal awal 10 juta diubahnya halaman samping rumah Bagiada menjadi bengkel sampah dan memfaslitasi remaja untuk berkreasi dengan sampah. Persiapan bahan dasar, yaitu sampah non organik hingga semua alat-alat yang diperlukan dlakukannya dengan pemikran matang. Menjadikan bengkel sampah tempat mencurahkan ide-ide kreatif remaja dari sekolah menengah, anak kampus bahkan karyawan yang ingin berkreasi. Tak ada batasan dalam pembuatan barang daur ulang sampah karena ide kreatf itu menurut Bagiada bisa muncul sewaktu-waktu. Barang kerajinan yang dihasilkan bengkel sampah milik Bagada seperti kap lampu, frame foto, tempat kaset hingga minatur sepeda dan sepeda motor.
Sejak berdri hingga sekarang bengkel sampah ini sudah beberpa kali mengikuti pameran, dari Festival Serangan hingga Denpasar Festival yang berlangsung belum lama ini. Banyak kreasi yang dihasilkan sepuluh tenaga kreatif yang menyumbangkan ide pembuatan barang daur ulang ini. Dan, ungkap Bagiada, hampir semua barang kreasi dari bengkel sampah habis terjual. Jka tdak ada pameran, barang daur ulang kreas dari sampah itu dibiarkan menumpuk di bengkel sampah. Karena Bagada belum mempunyai gerai sendiri untuk memajang hasil kreasi bengkel sampah di tempat lain. Meski begtu, ada juga yang mencari barang daur ulang langsung ke bengkel sampah dan tetap dilayani. “Senang melihat remaja punya kesibukan yang positif dan menghasilkan uang dari keringat mereka sendiri,”ungkap Bagiada bangga.
Membuatkan tempat untuk anak-anak berkumpul dan menikmati waktu mereka sebagai remaja merupakan tujuan awal Bagiada membuat bengkel sampah ini. Lebih baik, lanjutnya, mengumpulkan mereka jadi satu tempat dan menjembatani ide mereka untuk berkereasi. Hal itu terlihat dari fasilitas free Wi-Fi, yaitu layanan internet tanpa kabel gratis di setiap sudut rumah Bagiada. Keuntungan yang diperoleh anak-anak dari hasil kreasi daur ulang sampah tak dinikmat sendri oleh Bagiada. Malah diberikan semua kepada mereka sebagai hasil jerih payah, meskipun tak seberapa tap sebagai wujud menghargai mereka. “Saya hanya menekankan dan mengajarkan kepada anak-anak untuk berkreasi mengolah sampah tak berguna menjadi barang bernilai dan berguna bagi masyarakat. Sehingga mereka semakin peduli lingkungan dan belajar berbisnis,”pungkas Bagiada.

Bank Sampah, Kumpulkan Sampah Jadi Uang

Permasalahan utama tingkat rumah tangga hingga lingkungan sekitar adalah sampah. Pesatanya pertumbuhan penduduk di muka bumi berbanding lurus dengan penumpukan sampah. Terlebih ditambah kemunculan plastik dalam setiap aspek kehidupan membuat sampah non organik ini semakin mencemari lingkungan. Kesadaran masyarakat membuang sampah masih minim memunculkan gunungan sampah di setap sudut kota tak terhindarkan. Imbauan pemerintah untuk membedakan pembuangan sampah organik dan non organik tak mendapat respon masyarakat.
Pembedaan pembuangan sampah ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengolahan sampah di tingkat pembuangan akhir (TPA). Sampah organik dapat dimakan ternak yang disiapkan di tempat pembuangan akhir, tapi untuk sampah non organik seperti plastik dan kaleng tak dapat lapuk. Sehingga perlu pembedaan pembuangan agar dapat diolah kembali menjadi barang lain. Di Bali, khususnya Denpasar, sampah menjadi momok paling menakutkan pemerintah kota karena sudah tak ada lagi tempat luas untuk menumpuk sampah. Akbatnya berceceran sampah-sampah di pinggir jalan yang menyebabkan genangan air dimana-mana. Tak ada yang peduli dengan menumpuknya sampah ini, kecuali Made Bagiada (52 tahun).
Bergelut dengan sampah, menurut bapak tiga anak ini merupakan upaya untuk menjadi berguna bagi masyarakat disekitarnya. Terngiang masalah sampah yang ditayangkan di berbagai media membuat Made Bagiada memutuskan untuk membangun Bank Sampah. Total luas lahan 20 are yang dimilikinya di Jl. Noja Sari Denpasar, hanya digunakan 2 are untuk membangun tempat tinggalnya. Sisa lahan digunakannya untuk menumpuk sampah non organik seperti plastik, kertas, kardus, besi-besi tua hingga kaleng. Tak berlebihan jika tempat tinggalnya dijuluki istana sampah. Dedikasinya untuk memerangi sampah, membantu pemerintah mengelola sampah non organik dimulainya dengan membangun Bank Sampah bulan September 2010 lalu. “Inginnya belajar tentang pembuatan dan pengelolaan bank sampah ini di Jogjakarta, tapi ternyata tak ada yang bisa ditanya. Akihrnya saya putuskan pulang dan membangun bank sampah sependek pengetahuan saya,”ungkap Made Bagiada.
Metode pengumpulan sampah non organik khususnya membidik kalangan rumah tangga dimaksudkan agar sampah jangan sampai keluar dari rumah. Dikumpulkan sedikit demi sedikit baik perorangan maupun per banjar kemudan dibawa ke bank sampah untuk ditimbang. Sehingga tak perlu pergi ke TPA untuk membuang sampah. Menurut Bagada, harga yang ditetapkan dari timbangan sampah dimasukkan ke dalam buku tabungan dan bisa dambil sewaktu-waktu. Jika ingin uang hasil pengungumpulan sampah diambil saat itu juga bisa. Dengan membuka bank sampah memudahkan masyarakat membuang sampah non organiknya disamping itu bisa mendapatkan uang dari sampah. Dalam satu hari, bank sampah UD. Cahaya Partha Jaya menerma lebh dar 5 ton sampah organik.
Sampah identik dengan kotor dan bau, meski begitu, bank sampah milik Bagiada selalu dikunjung banyak orang dari kalangan menengah ke bawah hingga pembesar. Bagi masyarakat kelas atas terkadang, uang yang ditabung tidak ditarik dan dibiarkan mengendap di bank sampah. Bank sampah juga melayani peminjaman modal usaha tapi khusus untuk pengumpul sampah yang rutin mengumpulkan setiap hari. Tak hanya sampah organk rumah tangga saja, bahkan Bagada sudah menyasar beberapa sekolahan di seputaran kota Denpasar untuk ikut andil dalam pengumpulan sampah. Seperti SMP 8 Denpasar yang per minggunya bisa mengumpulkan 200-250kg sampah non organik. Hasil penjualannya dimasukkan ke dalam tabungan dan digunakan sebagai kas sekolah. Hal ini menurut Bagiada adalah caranya untuk mendidik tunas bangsa peduli lingkungan, belajar menabung dan melirik ada peluang bisnis dari sampah.
Naik turunnya harga sampah organik dipasaran ditingkat pabrik menjadi santapan sehari-hari Bagiada. Jika sekiranya harga menurun, terpaksa sampah ditumpuk hingga harga merangkak niak tapi jika terlalu menumpuk minimal satu truk sampah dalam satu hari harus keluar dari gudang. Berpengaruh juga dalam pemasukan pengumpul sampah namun sejauh ini masih dimaklum oleh nasabahnya kecuali para pemulung yang juga menjadi pelanggannya. Ada pelanggan yang suka rela membawa sampahnya ke bank sampah ada pula yang dilanyani antar jemput tapi khusus pelanggan di seantero Denpasar. Khusnya sekolah, sedikt atau banyak sampah yang terkumpul selalu dilayani antar jemput. Hal ini, lanjut Bagiada adalah untuk memberikan penghargaan pada siswa yang peduli pada sampah agar lebh rajin membantu mengumpulkan sampah. “Tak hanya masyarakat Denpasar, bahkan ada yang dari Gianyar dan Karangasem membawa sendri sampahnya kemari. Sudah lebih dari seratus orang anggota nasabah bank sampah dan saya berharap akan terus bertambah,”harap pria jebolan Universitas Jayabaya ini.